Suka Duka jadi Beauty Blogger Part #1

 

Beberapa Events dengan Beauty Blogger dan brand

“Enak banget dapet produk mulu”

“Eh, bagi donk produknya”

“Eh. Lu beauty blogger kok gak tau sih”

“Eh, beauty blogger kok kulitnya kusem”

 

Daaan silahkan lanjutkan eeeh eehhh ehh lainnya

So sad but its true

I don’t know where I have to start, but there is a lot I would like to say to you.

Let say the good side of being a beauty blogger.

Yash, di sini aku bilang blogger bukan selebgram atau youtuber yaa…

Blogger aka narablog berati nulis di blognya dan bisa juga post di social media dan used to be Instagram is the most famous for beauty anttutiast even blogger to show up.

Sama kok, Aku juga dulu mikirnya aka julidnya kaya gitu, terus ketika aku merasa terpanggil kembali menjadi bagian mengikuti salah satu passion aku di dunia beauty. So, I try. Dari review produk-produk yang memang aku pakai, kemudian aku mention. Satu -satu brand mulai kontak aku, terus demi menjaga konsitensi aku juga ikut  beberapa grup beauty blogger. Dan bener aja, kadang dalam seminggu aku dapet paketan bisa 2-3 kali.

 

Sensasi Unboxing yang bikin nagih

Mystery box

“Hi guys, aku barusan aja dapet paket dari Brand A. Wow, keren bangeet….jadi ini ada ABC sampe Z… terus packingnya lucu beud, tungguin aku swatch yaaa, wait my next review yaa….”

Serioulsy it was addicted moment in my life and I enjoy it very damn much..

Satu, dua, tigaa brand  dan collabs mulai berdantangan. Lalu diiringi kata “Deadline”.

Pejuang deadline garis keras mana suaranya????

Belum selesai review A, dan lu harus review brand yang ngantre.

Seru kan? Yasssh sensasinya wow wow wow deh.

Dari sana, slowly people recognize me as a Beuaty Blogger, most people asked my reccomendations, bahkan kaya aku udah jadi cocok jadi beauty adviser beberapa produk karena setiap ke drug store or tempat make up aku suka jelasin detail produknya.

 

Berburu Deadline sensasi nano-nano

“Guys, jangan lupa yaaaa postingan di UP tanggal X jam XX. Drop link nya di XXX”

“Beb,… jangan lupa support like and commentnya yaaa”

Di grup-grup ini juga aku dapet teman-teman baru dan  pengalaman seru.

Jangan liat enaknya aja dapet produk, ada tanggung jawab besar behind our smile in front of camera. Ada perjuangan yang gak kalian liat. Ada puluhan bahkan ratusan take video yang fail. All we do is to serve you with good content.

 

Lets talk deeper

As a mention above, behind our preaty creature. Butuh waktu berjam-jam demi outlook yang wow, ada berapa angle foto yang gagal, ada waktu yang lama buat editing, and not stopping there, we create attrative content. Dan semuaaaaaaaa its high price to learn. That we are not working for FREE. Jadi please laah, yang bilang para pekerja konten/ desiner/ dll. Mereka layak dapat apresiasi atas kerja keras yang gak nampak di media social kalian.

Produk-produk udah memenuhi meja dan merambah ke lamari, aku saat itu mulai “maruk”, hampir semua brand yang kadang dengan funsgi yang sama  aku gunakan dengan jarak yang gak terlalu jauh. Dan banyak berakhir dengan First Impression.  Beberpa produk yang memang cocok aku beli kembali dan sisanya banyak aku kasih ke keluarga atau temen.

Aku teringat akan seorang teman yang gak tertarik/mau di beauty blogger karena dia hanya mau review produk yang memang dia gunakan. Terus gimana? Yaa gak apa-apa, menurutku gak ada yang benar dan salah, semua orang punya landasan berpikir dan bertindak masing-msing terutama terhadap social media, apa yang mau di post dan engak.

Begitu juga yang aku rasakan ketika aku merasa Instagram ku udah kaya “jualan”, gak ada ikatan emosi, dan semua produk-produk dan I feel like “Something wrong”, No offend yaa buat temen-temen yang di jalan ini. Ini my subjektif opinion, I open any comment, suggestion or anything from you.

 

Semua produk /brand itu berusaha menjadi yang terbaik

“Kok, aku pake A gak cocok ya?”,

“Kok kamu cocok pake B, aku enggak”

“Eh, gak usah pake produk itu, aku dah coba dan gak bagus”

Sounds familiar right?

Aku percaya bahwa Brand membuat suatu produk psti bukan system SKS system kebut semalam. Ada proses yang Panjang, dari pilihan bahan, proses bahkan izin BPOM. Di sini produk yang aku katakana baik ya itu udah dapet izin BPOM ya ini standar minimal banget. Terlepas itu, I wont say a lot. Setiap produk memiliki reaksi yang berbebda antara user satu dengan lainnya. Makanya ada istilah cocok-cocokan. Bisa jadi sampo A cocok di B belum tentu cocok di C. Apakah produk ini jelek? Belum tentu. Karena kondisi setiap orang sangat berbeda.

Di sini aku baru menyadari pentingnya discalimer agar review kalian meskipun berbyar/ endorsment masih mengedapankan prinsip kejujuran. Kalian bisa menambahkan postingan tersebut kerja sama atau endorsment. Dan bisa menambhakn kondisi kulit/rambut/ dsb kalian dan berapa lama kalian mencoba.

 

 

Pertanyaan umum seputar beauty blogger bakalan update di part 2 yaaa 🙂

 

 

 

 

 

 

 

 

23 thoughts on “Suka Duka jadi Beauty Blogger Part #1

  1. Haduu iya suka sedih kalo temen pada julita. “Enak banget sih dapet produk gratisan mulu. Bagi dongg”. Lah.. orang lain mah cuma liat enaknya doang. Mereka gatau proses yg kita lalui tuk bisa di titik dikirimin produk sama brand. tanggung jawab kita setelah mendapatkan produk tsb. Wajah kita yg kita korbankan gonta ganti skincare tuk bahan review. Aahh begitulah. Meskipun begitu, harus tetap semangat ya!

  2. Ayok…tetap smangat buat terus menjadi Beauty Blogger, biar apa katanya orang toh yang kita lakukan adalah sebuah karya yang patut untuk dibanggakan. Hwaiting

  3. Bener banget kak sharingnya , jadi bloggerpun jg ga gampang . Harus ngikutin brief dan deadline , harus foto, buat draf, editing jg . Banyak yg blg enak dapat brg gratis tp kenyataan d balik itu jg penuh perjuangan.

Leave a Reply to Dewi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *