Melawan Stigma Kesehatan Mental dan Pemberitaan Media
Sabtu, 12 Juni 2021 lalu aku merasa weekendku bermanfaat sekali. Bukan tanpa alesan, beberapa waktu sebelumnya aku mendaftar mengikuti webinar yang diadakan oleh UNIKA Palembang dan WCC Palembang yang concern terhadap isu gender. Koloborasi yang menarik antara Universitas dan LSM membahas tentang stigma Orang dengan gangguan jiwa dan pemberitaan di media yang sering banget tidak adil gender.
Walapun sedikit ngaret dari jadwal, setelah pembukaan materi langsung disampaikan oleh Diana Putri Arini, S.Psi.,M.A.,M.psi dosen psikologi dan psikolog klinis di Lentera Jiwa. “Orang gila”, mungkin kita sering mendengar umpatan seperti ini atau terkadang kita tanpa sadar mengucapkan “sakit jiwa” bahkan untuk orang yang kita kenal karena kesal ataupun lainya, dan yang mengerikan lagi orang dengan gangguan jiwa ini sering mendapat rundungan.
Dulu, di dekat rumahku ada beberapa orang dengan gangguan jiwa, mirisnya ada yang dipasung, ada juga yang dibiarkan berkeliaran, belum lagi anak-anak yang sering menggangu mereka, ada yang bilang kerasukan jin lah, ada yang bilang otaknya terlalu pintar jadi stress dan gila, ada juga karena putus cinta. Entahla aku pun gak ngerti saat itu.
Nah, di webinar ini juga menceritakan beberapa kasus seperti anak yang dibunuh karena terlalu nakal dan kemasukan genderuwo, ada juga diamankan karena merusak tempat ibadah, sedangkan banyak dari kita yang tidak mau memberikan bantuan atau merujuk ke professional. Stigma rumah sakit jiwa dianggap hanya untuk yang mengalami gangguan kejiwaan, padahal hey…orang yang terlihat “ceria dan baik-baik” saja belum tentu memiliki Kesehatan mental yang baik.
Center for Public Mental Health (2020) menyebutkan masyarakat Indonesia memiliki pemahaman rendah terkait gangguan mental, upaya pencegahan dan cara pengobatannya. No wonder perjalanan kita masih Panjang. Selain jumlah tenaga professional yang terbatas dan juga akses ini hanya bisa dicapai di daerah perkotaan membuat persoalan semakin rumit.
Mengenal jenis ganggguan mental
- Neoristis / psikoneurosis
Emosi negative yang disebabkan stress berkepanjangan yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari dalam beraktivitas, berpikir atau merasa. Gangguan kecemasan, trauma, bisa menjadi pemicunya.
- Psikotis
Yakni gangguan yang disebabkan permasalahan fungsi otak atau hormone sehingga mempengaruhi cara presepsi dan menimbulkan kesulitan membedakan realita atau khayalan
Lalu, bagaiamana jika orang dengan ganguan jiwa apakah dapat dipidana jika melakukan tindakan kriminal: jawabnya adalah tidak bisa di KUHP dikenal adanya alasan pembenar dan pemaaf, ODGJ dianggap tidak memenuhi unsur-unsur karena mereka dianggap tidak memiliki kemampuan dan akal yang sempurna untuk menjadi pelaku, tapi tentu saja tidak semerta membuat batal demi hukum, semua proses harus dibuktikan oleh ahli dan menetukan hukuman tetap pada hakim
Beberapa factor juga mempengaruhi gangguan mental mulai dari beban ganda, stigma masyarkat, strees, pola hidup, pola asuh,lingkungan. Tentu saja mungkin kita mengalami gejala-gejala psikomatis yang kita dapat di media sosial akan sangat bahaya jika kita diagnose sendiri. Kemudian kalau ada rekan/teman/saudara mau ke professional kita juga harus mendukung upayanya agar bisa pulih. Nah ada juga yang bahaya namanya Malinggering yakni membuat kondisi diri seakan-akan kita sakit demi mendapatkan keuntungan ataupun simpati. Duh jauh-jauh deh yaa kita dari stigma, jangan lupa sayangi diri kita.
Nah tentu aja materinya gak sampai di sana, setelah itu ada sesi materi dari Yeni Roslaini Izi selaku direktur eksekutf Women Crisis Centre Palembang
Ia menjelaskan materi perbedaan antara sex dan gender kemudia mengidentifikasi konstruksi sosial yang sering muncul di media sering kali tidak adil gender dalam pemberitaan.
PEREMPUAN |
LAKI-LAKI | |
SIFAT | • Lembut
• Pemalu • Sabar • Emosional • Pendiam • Keibuan • Bijaksana |
• Gagah
• Pemberani • Kasar • Bijaksana • Bertanggung jawab • Pintar • Agresif |
PERAN/ FUNGSI | • Mengurus rumah tangga
• Pencari Nafkah Tambahan • Melahirkan • Menyusui • Hamil |
• Pencari Nafkah Utama
• Pelindung • Menjadi Panutan • dan sebagainya |
POSISI | • Ibu Rumah Tangga
• Yang Dipimpin |
• Kepala Keluarga
• Pemimpin |
Mungkin kita pernah mendengar berita “Pilot cantik ini ternyata hobi….”, “Lurah cantik ini jadi idola baru masyarakat” “Intip keseharian korban” “Influencer yang diduga melakukan pelecehan ternyata koleksi mobil ini…”. Banyak banget pemberitaan gak focus terhadap perbuatan pelaku ataupun memberitakan perempuan dengan tidak relevan, berikut materinya
Kurang Tepat | Disarankan | Keterangan |
Perawan, Cantik, Ganteng | Sebaiknya kata2 ini tidak digunakan | Kata2 ini sangat bias gender |
Kemaluan | Alat vital, kelamin | Konotasinya buruk/negatif |
Hubungan Gelap | Hubungan tak direstui | Tidak mendidik dan tidak ada padanannya |
Birahi, nafsu seksual | Hasrat seksual | Kata Birahi biasanya digunakan untuk binatang |
Digilir | Pemerkosaan Bergantian | Tidak menunjukkan empati kepada Korban |
Bugil, telanjang | Tanpa busana | Berkonotasi kasar |
Cacat | Orang dengan Disabilitas, Orang dengan
Kebutuhan Khusus |
Berkonotasi kasar |
Berikut bagaiamana cara kita ataupun jurnalis Ketika akan membuat sebuah berita :
- Perempuan jangan hanya ditampilkan dalam laporan khusus mengenai problem atau isu perempuan semata2
- Gambarkan perempuan dan laki-laki dalam gambaran yang setara
- Hati-hati membuat asumsi mengenai peran perempuan yang “sepantasnya”
- Berdiskusilah dengan aktivis/pemerhati perempuan jika akan menulis isu perempuan
- Perhatikan trauma2 yang mungkin akan dialami korban apabila menulis mengenai KtP/A
- Hindari penggunaan istilah yang memojokkan korban kekerasan dan istilah yang justru membenarkan atau memaklumi pelaku kekerasan
- Munculkan suara perempuan
- Deskripsikan perempuan memiliki hak dan kemampuan
- Jangan menggambarkan perempuan “Ibu yang baik””Perempuan Penggoda”
- Hindari keberhasilan perempuan karena factor-faktor di luar dari dirinya yang tidak relevan
- Hindari menonjolkan penampilan fisik
- Kaitkan isu-isu gender dengan relasi kuasa di sekitar subjek penulisan
Nah diakhir acara ada doorprize buat yang beruntung namanya, dua orang samping namaku dapet semua aku ngak hahaha, tapi aku dapet ilmu dan pengalaman yang lebih dari doorprize, aku makin semangat buat nulis dan mengkoreksi jika ada judul-judul berita yang tidak berprespektif gender.