Penyediaan Guiding Block untuk Kota Inklusif, Kota untuk Siapa Saja
Sebuah kota sudah sejatinya untuk siapa saja. Tak ada pengkotak-kotakan baik untuk mengakses layanan hingga fasilitas publik. Namun sering kali, kota-kota tidak menyediakan fasilitas tersebut bagi orang-orang yang membutuhkan bantuan. Seringkali kecenderungan eksklusivitas kota dan masalah-masalah sosial yang diakibatkannya sebenarnya sejalan dengan keprihatinan di kalangan orang-orang difabel di Indonesia.
Pierson menyebutkan dalam tulisannya bahwa difabel seringkali dikaitkan pada kelompok yang rentan eksklusi. Dalam lima komponen eksklusi Pierseon menyebutkan bahwa salah satu dari komponen tersebut mengacu pada layanan publik yang eksklusi sehingga aksesibilitas dari difabel amat kurang.
Untuk itulah, beberapa perbaikan mulai digalakkan oleh pemerintah salah satunya dengan menyediakan fasilitas-fasilitas layanan publik yang dibutuhkan oleh difabel seperti Guising Blocks.
Si Kuning Penuntun Jalan
Guiding block mungkin terdengar asing di telinga namun keberadaannya pasti udah pernah terlihat bagi masyarakat. Siapa yang pernah berjalan di trotoar kemudian melihat blok-blok berwarna kuning dengan pola bintik-bintik di atasnya. Nah pola-pola inilah yang disebut dengan Guiding Block. Permukaan ini dirancang untuk memberi tahu pejalan kaki yang memiliki gangguan penglihatan dan menuntun mereka di area tersebut. Dengan warna yang kuning menyala, guiding block pasti terlihat bagi siapa saja.
Menilik sejarahnya, Guiding Block pertama kali ditemukan di Jepang oleh pencipta Braille, Seichi Miyake, pada 1960-an. Teknologi inovatif ini digunakan untuk pertama kalinya di penyeberangan dekat sekolah tunanetra di Okayama, Jepang. Penggunaan ini akhirnya diadopsi karena terbukti efektif untuk membantu para difabel untuk mengakses jalan. Di Indonesia sendiri, penggunaan Guiding Blocks atau jalan pemandu untuk disabilitas tertuang pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan.
Secara garis besar, terdapat 3 pola dari Guiding Block yaitu:
- Attention
Attention atau dalam bahasa Indonesia berarti perhatian memiliki pola deretan kubah terpotong yang hadir dalam dua bentuk yaitu grid dan offset. Pola grid berbentuk kubah uang memperingatkan bagian ujung dari trotoar sementara pola offset memiliki pola lubang yang lebih besar untuk memperingatkan batasan area yang lebih besar pula.
- Guiding
Si pola pemandu ini berbentuk batang dari garis bulat. Pola ini bisa menjadi dua arti seperti potensi bahaya dan rute aman untuk diikuti. Penggunaannya sesuai dengan situasi dan kondisi di area tersebut.
- Lozenge
Lozenge adalah ubin berbentuk lonjong yang ditempatkan secara merata untuk memperingatkan transportasi yang bergerak cepat di area tersebut, seperti kereta api ataupun mobil.
Guiding Block dan Kota Inklusi
Penyedian Guiding Block adalah salah satu bentuk dari penyediaan kota yang inklusi oleh pemerintah. Di Provinsi Sumatera Selatan, guiding block bisa terlihat di trotoar-trotoar yang ada. Dengan penyedian akses yang ramah disabilitas, maka hak kemudahan akses di seluruh lingkungan sekitar seperti yang terdapat pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 30/PRT/M/2006 ini merupakan tindak lanjut dari Pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 Tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Penyandang Cacat dapat tercapai.
Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Selatan pun pada perayaan Hari Perhubungan Nasional yang jatuh pada september lalu mengambil tema Bangkit Maju Bersama yang artinya selalu berusaha untuk memberikan kemudahan akses perhubungan bagi siapa saja termasuk melalui Guiding Blocks.
Sebab Kota Inklusi adalah untuk Siapa Saja.