Setelah Perempuan Disamakan dengan Permen, Dan Sekarang Virus?
Menjadi perempuan ternyata bukan takdir yang mudah dijalani di negeri ini. Lihat saja sebagai perempuan kita dituntut untuk menikah, melahirkan, bisa memasak, mencuci, mengurus suami dan anak, mempercantik diri.
Jika salah satu tidak terpenuhi, mulailah menjadi permakluman jika pasangan melakukan kekerasan, atau mertua yang mencibir, atau tetangga yang ikut menghakimi beramai-ramai. Ah, jangan lupa peran para netijen menyambar api ini, dan yang menghujat paling kejam pun perempuan itu sendiri.
“Kamu tau kan permen?, mau gak kamu makan permen yang udah dibuka bungkusnya?, kita tentu mau yang terbungkus rapat kan? Begitu juga perempuan” seorang laki-laki bercerita di depan kelas sebagai salah satu bentuk dakwah harian. Setiap pagi!.
Aku yang selalu mendengar ini waktu itu sering sekali mengungkapkan pendapatku, dan tentu saja aku saat itu dilemahkan keadaan dan lingkungan. Saat itu aku pun memberontak dalam benaku, enak aja perempuan disamakan dengan benda mati. Lalu mulailah aku disiram dengan ceramah lagi dan lagi.
Mengapa perempuan selalu dihadapkan dengan pilihan sesuai standar masyarakat, perempuan menikah akan mendapat stigma jika tidak bisa mengurus rumah tangga atau memiliki anak, perempuan lajang di stigma mengapa tidak menikah, perempuan menggunakan pakaian dan berdandan untuk dirinya di stigma yang macam-macam.
Lalu, jika perkosaan terjadi tetap PEREMPUAN YANG SALAH, ketika perempuan berpendapat mereka menjawab PEREMPUAN SELALU BENAR, jika disinggung candaan mereka seksis, kita pun mendengar BAPERAN BANGET SI JADI CEWEK.
Berhentilah berpikir Bodoh!, perempuan adalah manusia, bagaimana bisa kau membandingkan perempuan dengan permen, yang jelas tidak memiliki tubuh, jiwa, pikiran, dan buatan manusia lalu kau makan dan kau buang. Serendah itu kah pikiranmu? Lalu jika perempuan permen , kau yang terlahir dari Rahim Ibumu apakah ia melahirkan seperti kau membuka bungkus permen tersebut?. Lalu kau buang ia!
“Wajar ia diperkosa, ia kan umbar aurat, bajunya sexy gitu”, heeei andaaaa. Tau ada bayi yang diperkosa pamanya lalu meninggal, apa iya dia mengumbar pakaianya bahkan ia pun tidak bisa memakai pakaianya sendiri, lalu apa kamu tahu pelecehan seksual, perkosaan juga dialami dengan perempuan yang seluruh tubuhnya tertutup rapat.
Jadi siapa yang salah ? Jelas Pemerkosa ! Tidak ada satupun manusia di bumi ini yang pantas dan layak diperkosa. Tapi, lihat saja jika korban bersuara, kau cari informasinya, kau hujat berjamaah, lalu pelaku bisa berkeliaran di mana saja.
Lalu, di tengah pandemic, ketika para tenaga medis berjuang meninggalkan keluarga mereka, ketika semua orang berjibaku melawan pandemic ini, dan tetap kau salahkan perempuan? Mungkin kau lupa tenaga medis perempuan jumlahnya lebih banyak, terkait kutipan dari Pak Mahmud yang berkata seperti ini jelaslah sangat melukai perasaan para perempuan.
Mengapa perempuan disamakan dengan wabah? Apa iya lupa dari mana ia lahir di bumi ini, kau pinjam rahimnya, dibesarkan kau jadi seperti sekarang, ketika semua kau miliki kau samakan kami dengan virus. Oh sungguh ironi sekali!.
Sampai kapan kalian melihat perempuan sebagai benda mati dan virus, atau segala sumber dosa?