Yang Diam Yang Bersuara, Sebuah Titik Balik
Kaku…
itu yang pertama kali muncul ketika aku mulai menulis di blog ini lagi, setelah sekian lama hanya bayar domain saja. Blog ini sudah seperti rumah hantu, tidak ada gerakan, hanya postingan-postingan lama. Di tambah lagi era AI, menulis pun dalam hitungan detik kemudian dengan prompt yang sesuai jadilah sebuah tulisan bahkan dilengkapi oleh data. Aku hadir lagi dengan kembali menulis. Apakah masih saat yang tepat?
Aku jadi teringat salah satu role model ku untuk menjadi blogger yaitu Diana Rikasari, I love and adore all about her, her energy, her passion, and consistency.
I once finally met her, such a humble person. I also bought her pre love watch and wear her clothes design.
Today, with my new pink Keyboard from my lovely husband, I try to getting back together. I actually in the middle of transition moving to our home in Cibubur. After my work closed in May.
Meanwhile, I also listening Christina Aguilera with reflection song that also as my reminder become who I am.
Because, this is my came back in my platfom I just go head will all my words in my mind.
I think its also resonate with the title I made, Yang diam yang bersuara, yang diam ia dalam pikiran yang bersuara ia menjadi sebuah tulisan.
Tapi ini bukan hanya tentang sebuah judul tetapi sebuah titik balik.
Siapa sangka sebuah mini project karena aku mengingingkan sebuah film untuk boothcamp hasil karya sendiri dan dengan menyisihkan uang sendiri berani-beraninya buat sebuah film pendek.
Hingga suatu waktu, satu tahun lebih berlalu. Mutek, sang sutradara memberikan informasi kompetisi Inspiring Indonesia Short Movie tentang Kesehatan mental. Saat itu aku masih sibuk mengurus pindahan dan kemudian last minute semua ia handel. Kemudian, singkat cerita jadilah ternyata film kami masuk 5 besar, tapi eitss jangan seneng dulu karena kudu ngumpulin voters di aplikasi campaign Indonesia. Oiya, awalnya kita apply untuk micro film tapi dari panitia suggest masuk kategori Best Project dan kudu buat satu profile.
Singkat cerita jadi kami lengkapinlaah.
Nyari Voters Gak Mudah
Dalam proses ini pun aku belajar gak semua orang terdekat kita akan mendukung kita bahkan boro-boro dah mendukung mengapresiasi aja ngak. Tapi, ya itulah kehidupan kan ya ? Namun, yang mendukung juga banyak. Lebih kurang dua minggu masa mencari pendukung dengan rasa was-was dan mau menyerah hamdalah kami masuk 3 besar !!!
Masuk 3 besar

Masa was-was udah berubah lagi menjadi masa deg-degan tapi gak setegang pas voting, karena ibaratnya nih juara 3 udah di tangan.
Hari itu, di Gallery Indonesia Kaya bersama grand Finalis baik film Mikro dan Best project menonton screening film secara bersama, dengan juri-juri di bidangnya.
1. Analisa Widyaningrum – psychologist and mental health advocate
2. Bene Dion Rajagukguk – filmmaker and social storyteller
3. Kamila Andini – award-winning film director
Sebelum menonton kami diminta untuk 2 menit presen1tasi, menonton bersama dan tanya jawab. Kami dapat urutan terkahir!!!!
Kemudian setelah seluruh film dan finalis presentari, para juri berdiskusi menentukan siapa yang akan menjadi juara 1,2 dan 3!

Juara 1!!!!!!!!

Kemudian diminta kedepan buat ala-ala konfrensi pers