Cuitan teman yang telah pergi

Baru saja saya dari luar rumah mencari pesanan abang saya, dan saya memilih rute yang berbeda hanya untuk melihat bangunan biru di pinggir jalan tepat disebelahnya langganan warung bakso saya dan teman-teman, saya melewati rumah itu dan dengan seksama saya melihat setiap inci rumah itu, pagar  semen yang membingkai rumah  dengan warna biru dan disebelah pintu masuk terdapat sebuah toko kecil yang tertutup senada dengan warna rumah dan pagar. Masih segar ingatan saya akan sesosok teman bahkan sahabat yang begitu tulus membantu saya, ia memiliki usaha birru studio dan memang ia sangat menyukai warna biru.  Rasa kehilangan dan hampir tak percaya bahwa ia sudah tiada, untungnya saya sempat mengutarakan ingatan saya dalam sebuah tulisan yang terekam 27 Des 2016, kisah #8 ini saya dedikasikan untuk orang-orang yang pernah hadir dalam hidup saya dan kini telah berada dikehidupan lain.

Belum usai duka akan kehilangan sesosok tante dan sekarang seorang teman dan juga sahabat yang begitu baik, tulus dan selalu membantu kini telah dipanggil Tuhan. Ia adalah orang yang berjasa didalam sejarah hidup saya, tidak mudah menemukan orang seperti dia sampai2 di skripsi pun saya tulis namanya. Sebelum melayat kerumah duka untuk menyakinkan berita yang saya dapat di bbm saya berkunjung dulu ke RS karena suami slaah satu anggota kelompok mengalami kecelakaan, waktu itu kami sempat berdiskusi dan beliau sangat ramah serta memiliki pemahaman yang saya kagumi, ketika melihat ia terbaring dengan luka jahitan di pelipis kepala saya hampir tidak menyangka kalau itu memang beliau. Saya juga teringat beberapa bulan lalu ketika menghadiri pertemuan walhi se indonesia di palembang, saya berjumpa dengan sosok pemuda dari Semarang Atma khitmi ia merupakan pemuda yang ramah dan tulus membantu dan ketika saya membuka instagram alangkah kaget saya ketika saya tahu ia sudah tiada. Karena takdir siapa yang dipanggil dahulu tidak menentu jadikan setiap detik merupakan hembusan kebaikan dan buatlah moment yang berkesan kapanpun, dimanapun dan kepada siapapun karena kamu tidak pernah tahu apakah itu pertemuan pertama dan terahir

Saya teringat akan kegigihan dan kerja keras sahabat saya untuk membuktikan ia bisa menjadi pengusaha handal, walaupun ia harus berselisih paham dengan ayahnya yang ingin menjadikan ia seorang PNS, kalau teringat bagaimana ia sering ‘curhat’ tentang keadaanya saya kagum bagaimana ia bisa menghadapinya. Awal mula ia merintis bisnis, berbagi ilmu dan motivasi serta ia juga tidak segan mengajak saya ke komunitas pengusaha muda, ia adalah orang ketika saya butuh bantuan akan berupaya maksimal. Saya teringat saat awal merintis bisnis dengan keadaan saya yang tidak stabil, dilanda masalah dan menghadapi sendirian tapi saya bersyukur saat pertama kali saya memutuskan untuk bertemu dengan sahabat saya di perpustakaan kantor pos, saat itu saya belum bercerita banyak tapi ia langsung mengambil tindakan untuk membantu. Saya teringat betul ia berkata “Yang berlalu jadikan pelajaran sekarang yang di depan yang harus dihadapi”. Kata kata itu seketika membuat saya berpikir ” Ok, saya harus bangkit” dan benar ia membantu saya hingga selesai. Walaupun kami jarang berkomunikasi tetapi sewaktu waktu masih sempat bersapa di bbm. Terakhir saya datang kerumahnya untuk memesan kartu nama dan x banner disitulah terakhir saya bercengkrama langsung dengan dia. Ketika saya akan berhenti dengan pekerjaan saya, kemudian memori lama saya hadir saat ia berkata ” Udah, berhenti kerja dan jadi pengusaha”. Tak ada kata yang bisa saya ucapkan betapa beruntung saya mengenal dirimu, sosok baik, tulus dan selalu bekerja keras serta tetap menjaga persaudaraan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *